Seorang petani yang sedang membajak sawah dengan menggunakan mesin traktor di Pakisaji, Kab. Malang, Minggu (28/5/2023). Inovasi teknologi dalam sektor pertanian pada era industri 4.0 memang sangat petani butuhkan. AGROTOPIA/Satria Davin Varian
Agrotopia.id – Inovasi teknologi dalam sektor pertanian pada era industri 4.0 memang sangat petani butuhkan. Hal ini karena sektor pertanian lah yang bertanggung jawab pada kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Sebagai negara agraris, petani indonesia dituntut untuk menguasai teknologi, agar dapat mengakses dan juga mengaplikasikannya ke lahan. Penggunaan teknologi pada sektor pertanian yang lebih adaptif dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas dari produk. Akan tetapi, kurangnya petani milenial yang membuat petani yang sudah berumur mendominasi sektor pertanian, sehingga pengaplikasian teknologi modern pada sektor ini tidak merata. Mayoritas petani memang masih menggunakan peralatan tradisional yang kurang dari efisiensi waktu dan tenaga.
Seperti melansir dari merdeka.com rendahnya tingkat pendidikan dan minimnya pelatihan penggunaan teknologi modern merupakan faktor utama sektor pertanian masih bersifat tradisional. “Ketika revolusi digital, banyak teknologi pertanian yang masih belum maju,” ujar Bhisma Yudhistira, Pengamat Ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF).
Ia melanjutkan dengan menyarankan pemerintah melakukan kerjasama bidang pertanian dengan sektor swasta terkait penggunaan teknologi yang tepat guna. “Harapannya, di situ pemerintah bisa memfasilitasi pelaku usaha dengan CSR nya (Corporate Social Responsibility) dengan bantuan-bantuannya. Intinya teknologi penting tapi tepat sasaran tidak?” pungkasnya, dikutip Jumat (30/6).
Selain itu, alasan pemanfaatan teknologi pertanian belum optimal karena banyak petani yang masih memakai mesin yang sudah uzur. Maksudnya adalah, petani masih memakai mesin tua yang memang dari segi fungsi sudah tidak maksimal. Hal ini menyebabkan daya saing dan beberapa produksi komoditas kian menurun. Permasalahan dalam hambatan teknologi ini harus cepat pemerintah selesaikan, mengingat sektor pertanian adalah sektor penting dalam pemenuhan pangan masyarakat.
Digitalisasi Sektor Pertanian
Pemerintah dalam menanggapi permasalahan yang terjadi ini memunculkan konsep pertanian modern. Pertanian modern adalah praktik pertanian yang menggunakan ilmu dan teknologi terkini untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas proses sekaligus mengurangi input sumber daya alam seperti lahan, air, dan energi.
Pertanian modern juga melibatkan penggunaan berbagai mesin, rekayasa genetik, sistem informasi, dan lainnya. Di Indonesia, program ini belum secara merata penerapannya. Tetapi hal yang paling menonjol adalah bantuan pemerintah dalam memberikan mesin-mesin pertanian dalam skala besar untuk modernisasi pertanian yang penyaluran bantuan tersebut tersalurkan melalui kelompok tani yang telah terdaftar pada dinas pertanian daerah masing-masing.
Selain itu, muncul juga digitalisasi pertanian. Seperti yang kita ketahui, digitalisasi adalah penggunaan teknologi dan data digital agar proses kegiatan berjalan efektif dan efisien. Maka dari itu, digitalisasi pada bidang pertanian dapat mengandung perubahan metode dalam segala aspek di bidang pertanian seperti pengolahan hingga pemasarannya. Maksudnya perubahan tersebut ialah perubahan konsep dengan memanfaatkan teknologi terkini yang relevan dengan era industri 4.0 sehingga berbagai aktivitas pada bidang pertanian dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Seperti penggunaan drone sebagai perangkat keras. Penggunaan drone bermanfaat untuk lahan karena dapat mengontrol lahan secara lebih luas dan lebih tepat. Kota Batu untuk saat ini, belum memakai teknologi perangkat keras satu ini. “Untuk drone, masih dalam tahap pengenalan ke petani,” ujar Dulkamar, Kepala BPP Kecamatan Bumiaji, Kota Batu.
Tantangan Digitalisasi Pertanian
Tantangan pada digitalisasi pertanian pasti ada. Mengingat mayoritas petani saat ini sudah berumur dan asing dengan teknologi yang berkembang semakin cepat dari hari ke hari. Melansir dari diginomi, saat ini jumlah petani yang dapat menikmati manfaat tersebut masih terbatas. Kebanyakan teknologi digital pertanian memiliki pengguna kurang dari 10.000 pengakses.
Artinya, jutaan petani masih belum memiliki akses terhadap teknologi digital pertanian. Hal ini karena masih banyaknya tantangan mendasar yang menghalangi petani untuk menggunakan teknologi digital pertanian yang mutakhir. Tantangan digitalisasi pertanian saat ini sebagai berikut :
- Tantangan pertama adalah adopsi teknologi digital sektor pertanian belum menjadi prioritas dari pemerintah. Hal ini terlihat dari Rencana Strategis Kementerian Pertanian RI 2020-2024 yang belum secara spesifik menjabarkan strategi untuk adopsi teknologi digital. Akibatnya, dukungan pemerintah untuk program-program tersebut masih terbatas dan tidak merata.
Oleh karena itu, Kementerian Pertanian dan kementerian lain yang relevan perlu segera menyusun program mengenai pengenalan teknologi digital pertanian. Saat ini, Kementerian Pertanian telah bekerja sama dengan HARA dan Bank BTPN dalam program pinjaman petani dan UMKM. Hal ini memungkinkan untuk dapat meluaskan cakupan kerjasama dengan pihak swasta untuk penetrasi area lain terkait digitalisasi.
- Kedua, rendahnya literasi digital petani. Mayoritas petani Indonesia merupakan lulusan sekolah dasar yang rata-rata berumur lebih dari 45 tahun. Keadaan ini menyebabkan sulitnya petani untuk beradaptasi dengan teknologi baru. Namun demikian, naiknya jumlah pemuda di sektor pertanian menjadi harapan untuk meningkatkan literasi digital kalangan petani. Dalam program penyuluhan pertanian dapat mengintegrasi hal ini. Perlu juga peningkatan penyuluhan dari pihak swasta mengingat penyuluh pertanian dari pemerintah seringkali kurang dapat menjangkau petani.
- Ketiga, infrastruktur digital Indonesia masih lemah dan tidak merata. Laporan dari Speedtest menyebutkan bahwa kecepatan internet Indonesia berada pada urutan 121 dari 139 negara. Hal ini tentunya akan menjadi penghalang bagi petani terutama yang menetap daerah terpencil untuk memanfaatkan teknologi digital pertanian.
Peningkatan infrastruktur digital dapat pemerintah lakukan dengan menjamin bahwa regulasi mengenai telekomunikasi stabil dan dapat terprediksi. Pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada pihak swasta agar mereka mau membangun infrastruktur digital daerah terpencil.
Terlepas dari ketiga tantangan tersebut, dampak positif dari digitalisasi pasti akan petani rasakan. Melansir diginomi Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Indra Setiawan, dalam sebuah kesempatan menyatakan bahwa digitalisasi sektor pertanian perlu dipercepat dalam rangka menarik minat generasi muda terhadap pengembangan pertanian. Faktanya, selama pandemi ketertarikan masyarakat di bidang pertanian meningkat. Aktivitas menanam pada lahan sekitar rumah sebagai pengisi waktu semakin ramai dilakukan para masyarakat urban. Bahkan jumlah generasi muda yang mulai tertarik membicarakan dan melakukan praktik yang ada di sektor pertanian juga meningkat. Jika minat tersebut ditunjang dengan kecanggihan teknologi digital, sektor pertanian bisa kembali hidup dan berkembang.