KWT Melati Putri, Ajak IRT jadi Produktif

Kebersamaan dari anggota Kelompok Wanita Tani Melati Putri Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Sumber foto: dokumen pribadi

Agrotopia.idKontribusi perempuan pada sektor pertanian memang dapat terlihat sangat sedikit. Jika tidak menelusuri lebih jauh, pasti masyarakat akan menganggap bahwa memang perempuan kurang mengambil peran dalam sektor pertanian ini. Akan tetapi, kelompok wanita tani atau KWT Melati Putri menunjukkan eksistensinya sebagai salah satu kelompok tani perempuan Kota Batu.

Sejarah penamaan kelompok tani menjadi Kelompok Tani Putri terbilang unik. Hal ini karena, nama berasal dari RT setempat bernama Melati. Dengan begitu, terfikir untuk membuat menambahkan putri karena memang fokus anggota hanya kepada wanita. Jadilah nama yang kita kenal sekarang ini yaitu  KWT Melati Putri, bertempat di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dengan total anggota sejak 2013 ada 30 orang, tetapi berkurang karena sudah sepuh dan pindah ke luar kota.

Kelompok tani perempuan yang berdiri pada Februari tahun 2013, memang Dinas Pertahanan dan Ketahanan Pangan Kota Batu programkan. Melihat ibu rumah tangga dan istri petani yang hanya di rumah, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu menerapkan sistem kawasan rumah pangan lestari atau KRPL. KRPL sendiri artinya model rumah pangan, dengan prinsip pemanfaatan pekarangan dengan sayur dan protein. “Awalnya hanya KRPL, menanam sayur mayur di rumah untuk peningkatan gizi keluarga. Kemudian, berkembang dan desa meminjami lahan sekaligus green house dan bibit stroberi dari dinas,” ujar Narsih sebagai ketua Kelompok Tani Melati Putri.

Akhirnya, di dalam green house yang berukuran 10×15 meter ini, mereka kembangkan dengan stroberi varietas mencir. Sebelum membudidayakan varietas satu ini, kelompok tani sudah pernah mencoba mengembangkan stroberi dengan varietas jenis california dan kalibret. Akan tetapi, yang kelompok tani kembangkan hingga saat ini hanya mencir saja. Setiap minggu dalam musim panen green house yang dilengkapi dengan rak susun ini dapat menghasilkan empat kilogram, dengan periode panen satu minggu dua kali.  

Seperti kelompok tani lainnya, ada kegiatan rutin yang Kelompok Tani Melati Putri lakukan. Kegiatannya yaitu budidaya tanaman stroberi, mengikuti pelatihan dari dinas, pertemuan rutin sebulan sekali, dan juga pengolahan stroberi menjadi selai dan sari buah.

Pengolahan Buah Stroberi

Beberapa hasil produk olahan yang terbuat dari bahan stroberi diantaranya selai, dan minuman sari buah. Produk tersebut dibuat sendiri dari Kelompok Tani Melati Putri di Desa Pandanrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. sumber foto: dokumen pribadi

Pada tahun ketiga Kelompok Tani Melati Putri berjalan, tepatnya pada 2016, mereka megembangkan kegiatan kelompok dengan mengelola buah stroberi. Pengelolaan yang mereka lakukan yaitu memproduksi selai buah sekaligus sari buah stroberi dalam kemasan. Mereka juga melakukan kerjasama bersama kelompok tani lain, dengan menitipkan hasil olahan mereka ke cafe yang kelompok tani lain kelola. Akan tetapi, untuk memenuhi kebutuhan pasar belum mereka lakukan. Saat ini, kelompok tani hanya menerima pesanan, lalu bisa memproduksinya.

Pengolahan yang kelompok tani ini lakukan adalah dengan menggunakan stroberi dengan grade C. Hal ini kelompok tani lakukan karena, buah dengan grade A dan B itu untuk penjualan buah segar. Terkesan kurang, Narsih menjelaskan tidak ada perbedaan dalam segi rasa. Hanya saja, perbedaan dapat terlihat dari segi ukuran. Buah grade A atau super dengan ukuran lebih besar, grade B dengan ukuran sedang, dan C untuk ukuran kecil. Buah grade C untuk produksi, dipilah lagi dengan teliti agar buah busuk tidak bercampur dengan buah baik lainnya.

Dalam mengolah sari dan selai buah stroberi ini, pengemasan produknya juga Kelompok Tani Melati Putri yang melakukan sendiri, dengan cara manual. Mereka mengemas gelas kecil berukuran 120 ml dalam kardus dengan total isi 24 gelas, dan menjualnya dengan harga Rp30.000. Adapun kemasan botol lain berukuran 250 ml, dari kelompok tani mematok harga Rp6.000 per botolnya.

Permasalahan Kelompok Tani Wanita dan Harapan

Pada awal perjalanannya, hal yang wajar terjadi sebagai orang yang baru terjun ke sektor pertanian, mereka memang merasakan kebingungan untuk membudidayakan stroberi. “Selalu ada PPL yang bersedia mendampingi kesulitan dari ibu-ibu kelompok tani sini,” tambahnya. Mahasiswa magang dan juga KKN biasanya juga membantu para ibu dalam kelompok tani dalam membudidayakan buah stroberi ini. 

Seperti yang dikatakan sebelumnya, Kelompok Tani Melati Putri memang berisikan ibu-ibu rumah tangga. Hal yang menjadi tantangan atau masalah utama adalah perihal kekompakan. Narsih sebagai ketua mengeluhkan tentang anggota yang sibuk, tapi tidak bisa berbuat banyak. Seperti pada musim produksi, harus menunggu anggota kelompok sempat. Tidak menjadi masalah besar, hingga saat ini Kelompok Tani Melati Putri sukses konsisten dengan 22 anggota yang masih ada hingga sekarang.

Harapan Narsih sebagai ibu yang juga menggeluti dunia pertanian ini, pertani akan tetap eksis demi keberlangsungan hidup kedepannya. “mudah-mudahan masih ada yang masih mau menjadi petani,” pungkasnya.

Share jika anda menyukai:
Reza Apriyana Putri
Reza Apriyana Putri
Articles: 20

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *