Hortikultura dan Ekonomi: Masalah yang dihadapi

Seorang duta tani milenial dan para pekerja yang sedang melakukan pengepakan sayur dan jamur di halaman depan rumah milik dutani tani milenial yang untuk siap dipasarkan ke berbagai tempat dan lokasi yang berada di Bumiaji, Kota Batu, Kamis (25/5/2023). AGROTOPIA/Reza Apriyana Putri

Agrotopia.id-Indonesia adalah negara agraris yang memberi konsekuensi pertumbuhan kehidupan hampir keseluruhan masyarakat Indonesia, maka perlunya perhatian pemeritah pada sektor pertanian yang kuat dan tangguh. Oleh karena itu, salah satu sektor yang mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sektor pertanian.

Indonesia yang merupakan negara pertanian, hal ini berarti petani memegang peranan yang amat penting dari keseluruhan perekonomian nasional Indonesia. Hal ini, karena dari banyak rakyat atau tenaga yang bekerja pada sektor pertanian. Petani dan pertanian merupakan basis besar perekonomian Indonesia. Bila saja sistem agribisnis ini bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah, maka kita bisa mandiri dalam hal pemenuhan bahan makanan penduduk. Perhatian pemeritah termasuk dalam menunjang sektor pertanian di bidang riset dan teknologi yang sepadan. Sebaiknya, kalau tidak ada perhatian besar pemeritah, jangan harap sektor ini bisa berkembang. Salah satu sektor yang menjanjikan untuk ekonomi Indonesia adalah sektor hortikultura.

Hasil Survey Media Lain :

Seorang petani sayuran yang sedang menyirami sayuran di lahan perkebunannya. AGROTOPIA/Satria Davin Varian

Melansir dari ekon.go.id Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang potensial dan pemerintah dorong untuk meningkatkan kesejahteraan petani, ekonomi daerah, ekonomi nasional serta meningkatkan devisa negara melalui ekspor. Sub sektor hortikultura pada kuartal I dan II tahun 2021 mencatatkan pertumbuhan sebesar 3,01% dan 1,84%. Hal ini mengindikasikan kontribusi sub sektor hortikultura yang sangat baik dalam struktur PDB Nasional.

Pada tahun 2020, ekspor hortikultura mencapai USD 645,48 juta, meningkat 37,75% jika membandingkannya dengan tahun 2019. Komoditas buah-buahan ini mendominasi peningkatan ekspor selama masa pandemi Covid-19 tahun 2020. Nilai realisasi ekspor buah-buahan tahun 2020 tercatat sebesar USD 389,9 juta, meningkat 30,31% dibanding tahun 2019.

Melansir dari karantina.pertanian.go.id  Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan ekspor pertanian pada tahun 2022 tumbuh sebesar 10,52 persen bila membandingkanya dengan tahun sebelumnya. Ekspor pertanian Januari hingga Desember 2022 mencapai US$ 4,89 Miliar. Sementara periode yang sama pada tahun 2021 tercatat senilai US$4,24 Miliar.

Kepala BPS Margo Yuwono ungkap, sektor pertanian memiliki share yang cukup baik sebesar 1,61 persen terhadap ekspor non migas. Sementara itu, share terbesar terhadap ekspor non migas masih berasal dari bahan bakar mineral dengan nilai ekspor US$54,98 miliar.

“Secara keseluruhan ekspor non migas sendiri sudah menyumbang 94,51 persen dari total ekspor Indonesia. Adapun jika dilihat dari catatan tahunan (year-on-year/Y-on-Y), ekspor non migas juga mengalami peningkatan sebesar 25,80 persen,” sebut Margo.

Berdasarkan catatan BPS, Indonesia selama tahun 2022 berhasil membukukan transaksi ekspor senilai US$ 291,98 miliar atau meningkat sebesar 26,07 persen jika membandingkannya dengan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia juga surplus US$54,46 miliar.

Pengembangan Hortikultura Berorientasi Ekspor merupakan salah satu program prioritas yang Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian koordinasikan dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, kualitas, dan kontinuitas produk hortikultura. Program tersebut mereka melalui pengembangan kawasan sentra produksi komoditas unggulan daerah yang diarahkan untuk peningkatan ekspor dan substitusi impor melalui kerjasama kemitraan antara petani dan pelaku usaha. Akan tetapi, walaupun dalam keterangannya sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang ekonomi terbesar untuk negara, masih ada saja keluhan dari petani atau pelaku usaha sektor ini.

Permasalahan atau Tantangan Sektor Hortikultura 2022 :

Melansir dari koran-jakarta.com Pelaku usaha yang tergabung dalam Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) menegaskan pengembangan hortikultura dan tanaman pangan di Tanah Air berjalan lambat. Di sisi lain, permintaan pasar terus meningkat.

Karenanya, pemerintah, khususnya Kementerian Pertanian (Kementan), perlu secara masif mendorong peningkatan produksi. Sebab, saat ini Indonesia dihadapkan pada tantangan penambahan populasi, berkurangnya lahan produktif, dan peningkatan daya beli masyarakat.

Ketua Kompartemen Bidang Hortikultural Bidang lima Hipmi, Ihsan M. Iqbal mengatakan, permasalahan utama hortikultura di Indonesia saat ini adalah lahan untuk penanaman. “Saat ini, bahkan, kita tidak punya data di mana kami harus menanam. Karena data ini sendiri bukan hanya sekedar angka namun menjadi langkah awal untuk Kita mengevaluasi permasalahan dan menentukan solusi menanam,” kata Iqbal di Jakarta, Rabu (23/2).

Di samping permasalahan dari pengusaha muda, terdapat permasalahan lain. Melansir dari lombokpost.jawapos.com Menurut Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto, memperbaiki sedikitnya ada empat hal sektor pertanian tanah air. Pertama, produk hortikultura belum sesuai dengan kebutuhan pasar. “Baik dari sisi kualitas, kuantitas, dan juga kontinuitas,” kata Prihasto di Jakarta belum lama ini.

  • Prihasto memberi contoh kasus. Suatu ketika ia didatangi eksportir manggis. Eksportir itu mencari lokasi petani produsen manggis. Eksportir membutuhkan 200 ton manggis untuk dikirim ke pembeli di China. Prihasto lalu menyebutkan nama daerah yang sedang ada panen raya. Bergegas eksportir itu menuju lokasi sekaligus membawa truk. “Tapi 200 ton manggis itu sulit mengumpulkannya. Baru bisa terkumpul setelah eksportir mendatangi 40 desa. Jatuhnya mahal (harga manggisnya),” kata dia.
  • Tantangan kedua, jelas Prihasto, masih tingginya kandungan bahan kimia berbahaya dalam produk hortikultura dari Indonesia. Kandungan kimia yang dimaksud antara lain pestisida dan logam berat.
  • Tantangan ketiga terkait produktivitas tanaman hortikultura yang rendah. 
  • Tantangan keempat, yaitu masalah aksesibilitas dan transportasi. “Ini harus kita cari jalan keluarnya bersama-sama,” pungkasnya.

Solusi Permasalahan Sektor Hortikultura

Untuk menjawab masalah itu, jelas Prihasto, Kementan menggulirkan program kampung hortikultura. Di dalam program ini, antara lain ada pengembangan buah-buahan lewat kampung buah. Program ini untuk mendukung perkembangan dan meningkatkan daya saing hortikultura Indonesia.

Jumlah Kampung Buah yang Kementan bina mencapai 1.811 kampung dalam kurun 2020-2022. Terdiri dari 134 Kampung Jeruk, 149 Kampung Mangga, 137 Kampung Manggis, 243 Kampung Pisang, 422 Kampung Durian, 253 Kampung Lengkeng, 284 Kampung Alpukat, dan 189 kawasan buah lainnya. Untuk mengembangkan Kampung Buah, Kementan memberi dukungan berupa satu paket bantuan lengkap. Mulai dari benih, sarana produksi (saprodi) pertanian, pengendali organisme pengganggu tumbuhan (OPT) hingga sarana dan prasarana pascapanen dan pengolahan.

Kementan juga menyediakan sistem peringatan dini untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan komoditas hortikultura, termasuk buah, di masyarakat. Lewat Kampung Buah, produksi buah tidak lagi terpencar. Harapannya, daya saing buah Indonesia semakin meningkat. 

Share jika anda menyukai:
Reza Apriyana Putri
Reza Apriyana Putri
Articles: 20

One comment

  1. Semoga para petani mendapat banyak keuntungan dan mampu mengatasi setiap permasalahan yg dihadapi 👍👍👍👍👍🤲

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *